Anak-Anak Penderita Kanker Ini di Ajarkan Beladiri Melawan Rasa Sakit


Belajar Beladiri - Jangankan anak-anak, orang dewasa saja seringkali tak tahan dengan rasa sakit yang mereka dapatkan karena sakit kanker maupun pengobatannya. Hal ini dilihat sendiri oleh Elimelech Golberg.

Putri sulungnya, Sara didiagnosis mengidap kanker darah atau leukemia satu minggu sebelum ulang tahun pertamanya. Namun setelah berjibaku melawan kanker yang diidapnya, akhirnya di tahun 1981 Sara menghembuskan nafas terakhirnya di usia dua tahun.

"Semangatnya begitu luar biasa. Ini sangat menginspirasi saya," kisah Goldberg. Setelah itu di tahun 1999, Goldberg mendirikan Kids Kicking Cancer. Di kamp ini, para peserta yang terdiri atas anak-anak pasien kanker diajari bela diri. Mengapa bela diri?

"Ketika mereka didiagnosis kanker atau penyakit kronis lainnya, mereka akan kehilangan kemampuan untuk mengendalikan hidupnya, dan mereka seringkali ketakutan. Untuk itu kami mengajari mereka untuk mengendalikan rasa sakit dan membuat mereka merasa kuat (dengan bela diri)," tandasnya.

Di setiap kelas bela diri, anak-anak diajari teknik pernapasan tertentu yang diklaim Goldberg dapat meredakan rasa sakit akibat kanker atau kemoterapi yang mereka alami. Kebetulan Goldberg adalah pemegang sabuk hitam bela diri asal Korea, Choi Kwang-Do.

"Dalam beladiri, Anda belajar untuk menganggap rasa sakit sebagai sesuatu yang tak perlu diperhatikan. Bila kita bisa bernapas melalui rasa sakit, rasa sakitnya akan menurun. Dan pelajaran sederhana ini terbukti efektif untuk anak-anak ini," ujar Goldberg seperti dikutip dari CNN, Sabtu (20/9/2014).

Sejauh ini Kids Kicking Cancer telah berhasil membantu lebih dari 5.000 anak pasien kanker. "Meditasi yang kami ajarkan lewat bela diri juga dibutuhkan untuk relaksasi, agar anak-anak ini dapat meredakan perasaan negatif seperti takut, stres, sakit, marah yang selama ini banyak menghantui anak-anak dengan sakit kronis," tambah Goldberg.



Tak hanya itu, Kids Kicking Cancer juga memberikan dukungan saat si pasien diopname maupun menjalani prosedur medis. Mereka pun menawarkan transportasi untuk pasien dari rumah ke kamp dan sebaliknya, termasuk memberikan konseling, baik bagi si anak maupun keluarganya.

Uniknya, ketika si pasien kanker sudah sekarat, maka Kids Kicking Cancer mengadakan upacara penyerahan sabuk hitam untuk si pasien. Bahkan terkadang seremoninya dilangsungkan di dalam auditorium yang besar dan dihadiri ratusan orang.

"Ketika kami memberikan sabuk hitam ini, kami menjahitkan nama mereka di sabuk tersebut di satu sisi, dan di sisi lainnya kami tuliskan 'master teacher', karena mereka telah menginspirasi banyak orang," sambung Goldberg.

Salah satu peserta kamp yang merasakan manfaat teknik bela diri ini adalah Haley Wallace. Bocah berumur 9 tahun itu memilih bergabung dengan Kids Kicking Cancer setelah didiagnosis terkena kanker tahun lalu. Sebelum ikut kamp ini, ia selalu lari ketakutan bila dokter datang untuk membawanya menjalani pengobatan.

"Tapi setelah belajar teknik pernapasan ini saya benar-benar bisa 'mengusir' rasa sakit itu. Jadi ketika menghirup udara, saya berusaha memikirkan hal-hal bahagia, lalu rasa takut dan sakit yang saya alami saya hembuskan keluar agar pergi dari tubuh saya," tuturnya.

Organisasi yang awalnya dibentuk di Michigan ini pun telah menyebar ke kota-kota lain di Amerika, misalnya New York, Los Angeles dan Florida. Bahkan Italia, Israel dan Kanada juga tengah mengadopsi program serupa.


Sumber : Detik.com

Post a Comment

0 Comments